Thursday, January 11, 2018

MENANGKAP REVERSAL DENGAN POLA LONJAKAN DAN TERUSAN



Pasang posisi searah trend terkini sudah umum dipraktekkan oleh para trend trader. Akan tetapi, jika suatu trend mengalami kenaikan atau penurunan terlalu tajam dalam waktu singkat, Anda harus waspada. Karena bisa saja dalam periode tersebut harga tiba-tiba berbalik arah melawan posisi. Akibatnya SL tersentuh dan Anda menderita kerugian.
Nah, supaya Anda lebih sigap dalam mengantisipasi reversal, ini dia satu analisa pola formasi harga (price action) sebagai solusinya.

Analisa Reversal Dengan Pola Lonjakan Dan Terusan
Pola Lonjakan dan Terusan (Bump and Run Reversal atau BARR) adalah pola formasi untuk mendeteksi adanya kemungkinan reversal di penghujung trend. Kelebihannya terletak pada kesederhanaan bentuk pola dan akurasinya. Sayangnya, pola ini hanya bisa terlihat jelas pada kondisi market tertentu, jadi aplikasinya bisa jadi jarang.
Secara visual, pola lonjakan dan terusan dinamakan sedemikian rupa karena sinyal pola harga pertama adalah lonjakan harga tajam saat trend sedang berjalan. Sedangkan pola terusan adalah reversal dari pola sebelumnya. Jadi logika dasarnya adalah, jika terjadi lonjakan secara tiba-tiba maka reaksi pasar berikutnya adalah pembalikan harga yang relatif sama kuat.
Seperti umumnya pola harga, terdapat dua versi dari pola lonjakan dan terusan; yaitu versi bullish dan bearish. Berikut adalah contohnya:

pola lonjakan dan terusan bullish


pola lonjakan dan terusan bearish

Konfirmasi Sinyal, Tingkatkan Akurasi
Supaya akurasi sinyal reversal semakin akurat, perlu diperhatikan kriteria-kriteria berikut saat terbentuknya pola lonjakan dan terusan:
1. Derajat kemiringan trend umum
Langkah pertama, Anda harus memperhatikan derajat kemiringan trend awal sebelum terjadi pola lonjakan. Kemiringan ideal trend berada di antara 30 sampai 45 derajat.
2. Derajat kemiringan pola lonjakan
Langkah kedua, kemiringan pola lonjakan sebaiknya berada di antara 45 sampai 60 derajat. Bila kemiringannya kurang dari batas tersebut, maka jelas validitasnya pun juga akan berkurang.

3. Volume trading
Salah satu kunci dari akurasi sinyal reversal pola ini adalah volume trading. Awasi perubahan volume trading saat trend sedang berjalan. Biasanya pola lonjakan akan terbentuk saat volume trading meningkat.
4. Perbandingan panjang lonjakan harga
Perbandingan panjang dari masing-masing lonjakan harga juga perlu diperhatikan. Panjang dari pola lonjakan (A2) paling tidak harus 2 kali lebih panjang daripada lonjakan (A1) yang terjadi ketika volume trading masih relatif stagnan. Misalnya seperti contoh berikut:


5. Konfirmasi Reversal
Sinyal reversal sudah dapat dikonfirmasi dengan pola lonjakan dan terusan jika harga telah menembus garis trend.

Aplikasi Pola Lonjakan Dan Terusan
Pola ini dapat ditemukan pada segala macam time frame. Hanya saja, bentukan formasi akan lebih mudah ditemukan pada time frame daily karena trend berlangsung lebih konsisten daripada di time frame rendah.
Berikut adalah contoh dari pola lonjakan dan terusan Bearish pada pair EUR/USD dengan timeframe daily.


Perhatikan bahwa trend bearish memiliki kemiringan sekitar 30 derajat. Pada saat volume trading meningkat (lingkaran merah), pola lonjakan mulai terbentuk. Berikutnya, Anda dapat mempersiapkan posisi entry ketika harga mengalami reversal dan melewati (breakout) garis trend.
Sedangkan untuk posisi Stop Loss (SL), Anda dapat meletakkannya di antara ujung pola lonjakan dan posisi entry.
Nah, mengenai take profit (TP), pola lonjakan dan terusan tidak memberikan sinyal exit secara spesifik. Sehingga acuan untuk meletakkan TP bisa fleksibel sesuai keadaan. Contohnya pada gambar di atas, posisi TP diambil dari batas resistensi.

Monday, January 1, 2018

TRADING FOREX DENGAN POLA QUASIMODO (OVER AND UNDER)



Pola Quasimodo, atau dikenal juga dengan nama Over And Under Pattern, adalah jenis pola harga di mana muncul serentetan level high/lowdiiringi oleh higher high atau lower low. Ini merupakan salah satu pendatang baru dalam analisa teknikal, sehingga masih belum banyak dikenal. Padahal, pola Quasimodo cukup sering terjadi, khususnya ketika harga suatu pair forex menyentuh top/bottom, atau ketika harga mulai mengalami koreksi.

Apa Itu Pola Quasimodo (Over And Under Pattern)?

Sebagaimana telah disampaikan di atas, pola Quasimodo adalah ketika muncul serentetan level high/low diiringi oleh higher high atau lower low. Pola ini bisa menjadi sinyal sell maupun sinyal buy, tergantung apakah penampakannya di chart sudah memenuhi syarat-syarat pembentukan pola harga.
Namun menurut Profitf.com, sinyal yang ditimbulkan pola Quasimodo tidak bisa jadi strategi trading dengan sendirinya, melainkan merupakan pola confluenceyang dapat digunakan untuk mengkonfirmasi bias trader karena probabilitas kesuksesan setup trading yang dipicunya cukup tinggi. Selain itu, pola ini cukup mudah diingat-ingat jika sudah melihat bentuknya di atas chart.

Sinyal Sell Pada Pola Quasimodo

Sinyal sell pada pola Quasimodo harus memenuhi beberapa lima syarat:
  1. Trend sebelumnya adalah uptrend.
  2. Harga membentuk level tinggi (high) baru, menurun, lalu membentuk level rendah (low) sementara.
  3. Harga kemudian reli lagi hingga melampaui level high sebelumnya (higher high).
  4. Harga kemudian jatuh untuk membentuk lower low baru.
  5. Harga naik lagi ke level high awal, tetapi tak membentuk higher high baru.
Poin kelima itu adalah level harga yang bisa jadi pemicu di mana posisi sell bisa dibuka. Level Stop bisa dipasang di atas higher high sebelumnya, sedangkan level take profit bisa ditentukan sesuai kehendak trader atau menurut sinyal dari indikator lain.
Berikut dua gambar chart di mana kemunculan pola Quasimodo yang memicu sell:



Dalam contoh di atas, trader menggunakan indicator RSI disamping juga memantau pola yang terbentuk dalam pergerakan harga di pair mata uang EUR/NZD chart M30.




 Sinyal Buy Pada Pola Quasimodo
Sebagaimana sinyal sell-nya, sinyal buy pada pola Quasimodo juga harus memenuhi lima syarat:
  1. Tren sebelumnya adalah Downtrend.
  2. Harga membentuk level rendah (low) baru, tapi kemudian berbalik reli hingga membentuk sebuah level high.
  3. Harga kemudian menurun hingga mencapai level rendah baru di bawah level rendah lama (lower low).
  4. Harga kemudian memantul untuk reli hingga level higher high baru, setelah itu jatuh lagi.
  5. Kejatuhan harga kali ini mencapai level low sebelumnya di poin 2.
Dalam hal ini, poin kelima dalam pola Quasimodo bisa menjadi pemicu posisi buy dengan stop loss di pasang pada atau di bawah level lower low (poin 3).
Berikut beberapa contohnya:




Demikianlah sekilas penjelasan dan beberapa contoh trading forex dengan pola Quasimodo (Over and Under Pattern).