Thursday, December 7, 2017

DASAR STRATEGI BREAKOUT PADA EUR/USD



Dalam trading forex, peristiwa Breakout terjadi ketika harga bergerak keluar (breakout) dari kondisi konsolidasi (sideways) di kisaran tertentu tempatnya telah berada selama beberapa waktu. Breakout juga bisa terjadi ketika harga menembus level support atau resisten tertentu, level Pivot Point, level Fibonacci, dan lain sebagainya.

Ketika seorang trader menjalankan Strategi Breakout, maka targetnya adalah open posisi tepat setelah harga breakout, lalu mempertahankan posisi selama tren berlangsung. Selanjutnya, posisi bisa di-close ketika volatilitas di pasar mereda, atau setelah target profit yang diinginkan telah tercapai.
Tak semua pasangan mata uang di forex cocok untuk trading Breakout. Namun, pergerakan pasangan EUR/USD cocok untuk diterapkan strategi ini. Bagaimana caranya? Berikut ulasan dasar-dasar Strategi Breakout pada EUR/USD.

Trading Breakout Dari Level Rendah Harian

Coba perhatikan grafik EUR/USD di bawah yang telah ditandai dengan level tinggi (high) dan level rendah (low). Menentukan level tinggi dan level rendah ini merupakan fondasi pokok dari trading dengan Strategi Breakout, karena berfungsi untuk mengidentifikasi trend yang sedang berlangsung.


Secara umum, dapat dilihat bahwa harga terus menerus mencetak level tinggi (high) dan level rendah (low) yang makin lama makin rendah dari hari ke hari. Ini menunjukkan kondisi pasar sedang bearish (tren harga menurun), sehingga yang akan dicari di sini adalah peluang harga tembus ke bawah level rendah terakhir (breakout), kemudian pasang posisi Sell.

Pada timeframe Daily, masing-masing candlemenandai pergerakan harian. Untuk itu, kita perhatikan candle hari terakhir pada chart, di mana level rendah (low) terakhir tercatat dekat 1.28783. Artinya, breakout terjadi jika harga tembus ke bawah level tersebut.

Dalam trading dengan Strategi Breakout, Trader akan membuka order Sell tepat pada level tersebut, atau beberapa poin di bawahnya. Sedangkan Stop Loss dapat dipasang pada angka setara dengan harga tertinggi pada candle acuan tadi, atau pada level highsebelumnya di antara 1.3100-1.3200.

Trading Breakout Dari Moving Average

Moving Average (MA) merupakan indikator teknikal yang menunjukkan rata-rata bergerak harga, sekaligus menandai apakah kondisi pasar sedang bullish atau sedang bearish. Jika harga berada di atas Moving Average, berarti sedang bullish. Sedangkan jika harga di bawahnya, berarti sedang bearish.

Oleh karena itu, garis MA juga sering dijadikan ambang batas breakout. Apabila harga bergerak ke bawah MA, berarti mensinyalkan peluang Sell. Sedangkan jika harga bergerak ke atas MA, berarti mensinyalkan peluang Buy.

Namun demikian, sebagaimana pada contoh kasus pertama tadi, langkah awal dalam Strategi Breakout ini adalah mengidentifikasi apakah pasar sedang bearish atau bullish. Berikut ini contohnya:


Pada gambar di atas, Simple Moving Average (SMA) dengan periode 200 (close price) diterapkan pada chart EUR/USD timeframe Daily (D1). SMA 200-Day ini sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan investasi besar (hedge fund) sebagai acuan level Support penting. Apabila harga tembus (breakout) ke bawah garis SMA 200-Day, maka itu sering dianggap sebagai awal dari reli bearish yang cukup signifikan.

Sekarang, jika dilihat pada chart, ada level tinggi (high) yang makin lama makin rendah. Sebagaimana contoh sebelumnya, ini adalah indikasi kondisi pasar bearish. Kondisi tersebut bertepatan dengan harga yang bergerak mendekati SMA 200-Day, sehingga trader bisa segera memasang Pending Order untuk Sell di kisaran level Support pada 1.4000.
Untuk target profit, trader dapat menggunakan Rasio Risk/Reward 1:2, dengan Stop Loss ditempatkan di atas level tinggi (high) terakhir.

Mudah bukan, Strategi Breakout pada EUR/USD ini? Cobalah praktekkan di platform trading Anda sendiri. Selain pada pasangan EUR/USD, teknik ini juga bisa coba diterapkan pada pasangan mata uang lainnya yang pergerakannya sedang trending.

No comments:

Post a Comment